Bagi masyarakat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah tidak ada yang tidak kenal
dengan daerah The Hok, namun siapa sebenarnya The Hok tentu warga
banyak yang tidak tahu, sebenarnya nama The Hok adalah nama dari
seorang tokoh masyarakat Tionghoa yang pertama kali datang ke Jambi di
abab ke 19, beliau bernama Tjoa The Hok, yang tidak asing lagi bagi
para pendatang dari daratan Tiongkok, karena The Hok memang berasal
dari Negara Tirai Bambu (RRC). Tjoa The Hok yang hijrah ke Jambi
sekitar tahun 1890 dan bermukim di daerah yang kini disebut The Hok,
kala itu daerah The Hok masih berupa hutan belantara, disitu daerah The
Hok beliau sebagai pedagang karet yang ulet dan memiliki perkebunan
karet dan pabrik getah (gudang asap) yang mengelolah hasil karet dari
para petani lokal. Pada saat itu, bagi warga Tionghoa yang
hijrah ke Indonesia khususnya ke Jambi, pada umumnya singgah dirumah
The Hok sebagai tempat pelepas lelah maupun para petani karet menjual
hasil getah mereka. Lambat laun nama The Hok mulai dikenal
orang-orang baik dari kalangan masyarakat Jambi maupun bangsa Jepang
dan Belanda. Tentu sebagian besar orang akan bertanya mengapa bisa
melekat nama The Hok,? Pada jaman dahulu bagi masyarakat yang
hendak bertandang dirumah Tjoa The Hok maupun petani yang hendak
menjual hasil panen karetnya, ketika didalam perjalanan, berpapasan
dengan teman-teman, lantas disapa hendak kemana (sapa menyapa lazim
dilakukan masyarakat Jambi), dijawab dengan singkat, "mau ke The Hok”
(maksudnya rumah the hok red), maka lama kelamaan masyarakat diberi
nama The Hok, menurut Kim Kai (86) sebelum wafat dan beberapa
narasumber yang dihimpun mengatakan, pada umumnya warga Tionghoa yang
hendak kerumah the hok, ditengah perjalanan ketemu teman dan ditanya
mau kemana, terus dijawab singkat the hok" selain itu the hok juga
dikenal masyarakat sebagai toke getah yang ramah, maka oleh warga
daerah tersebut diberi nama The Hok. Keturunan Tjoa The Hok
Tjoa The Hok, dikaruniai delapan orang anak. Tiga diantaranya laki-laki
dan lima perempuan. kini anak The Hok Keturunan Tjoa Ho Siang (anak
pertama The Hok) dari istri pertamanya, kini banyak bermukim di
Singapura dan Cina. Sedangkan dari istri kedua Tjoa Ho Siang, umumnya
tinggal di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta,
Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan,
Singapura , Australia dan Amerika Serikat. Tjoa The Hok wafat pada usia
90 tahun yang dimakamkan di Singapura sekitar tahun 1959/1961 ( bulan
3, tanggal 2 imlek). Untuk perkembangan kota di Singapura,
maka pemeritah setempat meminta kepada ahli waris atau keturunan yang
memiliki nisan di pemakaman Ngee Ann (UPPBR) Bukit Timah Road segera
dibongkar, jarak perjalanan dari pusat kota Singapura ke pemakaman Ngee
Ann sekitar 24 Kilometer. Sebagai keturunan Tjoa The Hok,
tentu berkewajiban untuk mengurusi makam leluhur mereka, maka pada
tanggal 11 April 2009. Anak-anak beserta cucu dan cicit The Hok baik
yang ada di Singapure, Jakarta dan Jambi pada lakukan Ceng Beng/ ziarah
terakhir di pemakaman Ngee Ann. sebelum melakukan memindakan kerangka
ayahanda/ kakek/ buyut mereka ke Jambi. Sejarah The Hok
Nama The Hok, adalah salah satu nama Kelurahan di Kota Jambi yang sudah
cukup dikenal masyarakat Jambi khususnya dan umumnya di Tanah Air
Indonesia, bahkan kini telah berkembang menjadi kawasan strategis dan
pusat keramaian. Tjoa The Hok hijrah ke Kota Jambi sekitar
tahun 1890 an. Pada zamannya dia dikenal sebagai orang Tionghoa yang
sangat sukses, beliau dikenal mau berjuang keras demi mencapai masa
depan yang lebih cemerlang, maka tidak heran beliau memiliki banyak
usaha, mulai dari kebun karet, gudang asap (pabrik getah). kekayaan The
Hok yang masih tersisa di Kota Jambi. Sampai kini masih berdiri kokoh
adalah bangunan pabrik getah yang terletak di kawasan seberang kota
Jambi. Ujar Andrew Chua/ Tjoa Koon Wa (anak Tjoa Ho Siang dari
generasi ke empat), "The Hok diperkirakan hijrah ke Jambi sekitar tahun
1890 an atau abad l9 M. waktu itu beliau baru berusia sekitar 18
tahun”. Selanjutnya kata Andrew Chua, The Hok pindah ke
Singapura untuk mengembangkan bisnisnya. Dikota Singapura, The Hok
tinggal di sekitar South Channel Road. Dan beliau wafat antara tahun
1959 hingga 1961 dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di Singapura,
sedangkan keturunan beliau ada di berbagai kota di Indonesia seperti
Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan.
Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura, Australia dan Amerika
Serikat. Ziarah makam leluhur Seperti tahun-tahun
sebelumnya, setiap perayaan Ceng Beng (ziarah red), rombongan keturunan
The Hok pada berziarah ke makam ayah, kakek dan buyut mereka yang
dimakamkan di Negara Singapura, di kanan kiri makam Tjoa The Hok
terdapat sepasang patung singa yang terbuat dari batu. Posisi makam The
Hok bersama dengan sang istri berada di tengah, sedangkan beberapa
makam keturunannya berada diatas makam The Hok. Yang cukup
memprihatinkan, area pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road,
tempat istirahat terakhir almarhum Tjoa The Hok beserta beberapa
anggota keluarganya, segera diambil alih oleh pemerintah setempat untuk
tujuan pengembangan kota. Kata Andrew Chua "Memang makam
leluhurnya akan dibongkar, oleh karena itu berdasarkan hasil musyawarah
keluarga", maka kami sepakat untuk membongkar makam leluhur kami yang
ada di pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road, seterusnya tulang
berulang leluhur akan kremasikan, dan abu jenazah leluhur, akan kami
semayamkan di rumah abu Samudra Bakti Vihara Sakyakirti Jambi.
Bentuk makam Tjoa The Hok tidak jauh berbeda dengan makam warga
Tionghoa yang ada di Jambi umumnya. Di batu nisan Tjoa The Hok tulisan
nama beliau (the hok) dalam bahasa mandarin yang menerangkan tentang
identitas. Di bagian atas makamnya terdapat makam anak
pertamanya Tjoa Ho Siang, kemudian Tjoa Ho San (putra kedua) dan Tjoa
Ho Yan (putra ketiga). Selain itu di area pemakaman yang sama, juga
dimakamkan istri Tjoa Ho Yan (menantu Thehok) dan salah seorang
keponakan Thehok. Selain itu ujar salah satu keturunan Thehok
yang tinggal di Jambi The Hok, Supriyanto Kang, SH. MM, salah satu
bentuk bangunan pabrik/ gudang asap masih terlihat jelas dari
Gubernuran atau Ancol, ujar, pria yang berprofesi sebagai notaris ini
mengatakan, salah satu aset Thehok hingga saat ini masih terlihat
aslinya. Semuanya masih seperti dulu, didalamnya masih terdapat banyak
mesin, katanya. Sedangkan sebagai tempat tinggal yang
sekaligus sebagai tempat usaha yang terletak di jalan Sultan Thaha
Pasar Jambi. Tepatnya depan WTC Batanghari Jambi sekarang.
Menurut Vinsensus Herman,jalan di sekitar Toko The Hok yang kini
dikenal dengan nama Jalan Tio Chiu, Jalan Batanghari dan Jalan Sultan
Thaha hingga kini. Andrew Chua juga mengungkapkan, selain
dikenal sebagai pengusaha sukses, kakek buyutnya juga dikenal sebagai
orang yang memiliki sifat sosial yang tinggi. Bahkan secara
sembunyi-sembunyi, kakek buyutnya turut membantu para perjuangan bangsa
Indonesia demi terlepas dari belenggu penjajah Jepang dikala itu. Kakek
buyutnya hanya membantu perjuangan secara materil. Bantuan yang
diberikan kepada pejuang berbentuk bahan makanan dan perlengkapan
senjata, ujarnya. Bahkan kakeknya Tjoa Ho Siang sempat ditawan oleh
tentara Jepang karena ikut membantu para pejuang bangsa, hingga kakek
saya mau dihukum mati. Namun berkat sang pencipta yang bermurah hati,
datanglah seorang tokoh masyarakat dari Bengkulu yang berusaha menolong
dengan cara mendatangi pihak Jepang untuk melakukan perundingan
(negosiasi) hingga akhirnya kakek saya terlepas dari hukuman mati,
terangnya. Selain ikut membantu perjuangan, sosok Tjoa The Hok
juga dikenal sebagai orang yang memiliki sifat sosial tinggi. Dimasa
kejayaannya, The Hok dan putranya Tjoa Ho Siang banyak membina hubungan
dan memberikan bantuan kepada penduduk setempat. Seperti di
Pelayangan Olak Kemang, seberang Kota Jambi. bantuan yang diberikan The
Hok dan keluarganya adalah membangun sekolah, pembuatan jalan,
pendirian rumah sakit dan berbagai bentuk sumbangan lain untuk
pemerintah setempat. Karena kakek buyut saya menyadari tak akan sukses
tanpa bantuan orang lain. Monumen The Hok Sejak lama,
masyarakat Jambi mengenal daerah The Hok seperti yang diakui Junaidi
ketua RT. 25 di Kelurahan Pakuan Baru, yang rumahnya tidak jauh dari
lokasi gudang asap milik Tjoa The Hok, menurut Junaidi, nama besar The
Hok sudah lama dikenal, yang beliau ketahui dari orang-orang tua
dilingkungan Rt 25, bahwa The Hok dikenal sebagai sesosok tokoh dari
keturunan Tionghoa yang mempunyai kebun karet. Kawasan The hok
dulunya adalah sebuah perkebunan karet milik almarhum Tjoa The Hok.
Lokasi kebun karet itu diperkirakan mulai dari simpang Jelutung sampai
ke arah Pall Merah Lama, maka jika ada warga yang hendak ketempat
perkebunan karet, saat berpapasan dengan teman ditanya, hendak kemana
dijawab singkat ke The hok. Kelurahan The Hok diresmikan menjadi
Kelurahan pada tahun 1981. Berdasarkan Undang-Undang No. 56 tahun 1979
dan Peraturan Daerah saat itu. Luasnya Kelurahan The Hok sekitar 660
Ha. Wilayah Jambi Selatan meliputi beberapa Kelurahan,yakni
Kelurahan The hok, Kelurahan Tambak Sari, Kelurahan Pakuan Baru dan
Kelurahan Wijayapura. Sedangkan Kelurahan The Hok terletak di daerah
Kebun Handil. Untuk dapat mengenang jasa-jasa almarhum Tjoa
The Hok, Ketua Rt. 25, Junaidi (08/4), bahwa warga masyarakat Rt. 25
Kelurahan Pakuan Baru, mengharapkan agar Pemerintah Kota Jambi dapat
mendirikan monumen The Hok, karena bagaimanapun juga The Hok telah
banyak memberikan kontribusi yang tidak sedikit dimasa dahulu.
|